Senin, 19 Desember 2011

It’s All About You

Hayoo ngaku..apa yang ada di benak kalian begitu membaca judul di atas. Saya berani taruhan kebanyakan akan berpikir seputar virus merah jambu, am i right? Sayangnya tulisan kali ini sama sekali tidak akan membahas atau bahkan menyinggung tentang VMJ. Maaf ye..So, what is it all about? read the rest of this article first..hhe
Sebenarnya judul di atas merupakan potongan dari klausa yang berputar-putar di otak saya sejak beberapa saat lalu. It's not about chance or right time, it's all about you and your will. feel familiar? yup, dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita bertemu dengan orang-orang yang berkutat akan pikiran mengenai kapan kesempatan saya tiba, ini bukan waktu yang tepat, kenapa kesempatan itu datang padanya bukan pada saya, dsb. Bahkan mungkin kita termasuk orang-orang tersebut, dalam artian kita juga pernah berkutat dengan pemikiran-pemikiran tersebut. ayo ngaku..don't be shy 'cause I'm in too. Yah, sekalipun kalau dipikir-pikir sekarang itu merupakan salah satu hal bodoh diantara daftar panjang kebodohan saya lainnya =). Tapi itu semua tidak masalah, toh tiap orang juga pernah tersesat atau tergelincir kan sebelum menemui jalan yang benar(one kind of self defense.hhe).
Back to the topic, seperti sering saya singgung di beberapa artikel sebelumnya, manusia itu mahluk sosial yang berkumpul dengan mahluk lain yang bernama sama, manusia. Interaksi yang tercipta sedikit banyak pastinya ikut mempengaruhi cara berpikir kita, termasuk beberapa pemikiran negatif yang akhirnya merasuk ke otak kita(seperti beberapa pernyataan di atas). padahal, hey kalau kita sadar, dengan berpikir seperti itu kita telah membodohi diri kita sendiri. Can you believe it? Let's prove it.
  1. Kapan kesempatan saya tiba? hey, are you sure the chance never comes to you? Ataukah kita yang terlalu abai atas kesempatan yang ada hanya karena kita terlalu takut atas kemungkinan resiko yang muncul. Coba jujur kepada diri kita sendiri. Satu contoh sederhana, di suatu desa di Lamongan, banyak ditumbuhi eceng gondok(sejenis tumbuhan yang dianggap parasit karena menghalangi laju air sungai). Tetapi, hanya 1 orang yang punya inisiatif untuk mengubahnya menjadi tas kerajinan yang amat cantik. Keunikan tas buatannya menarik minat pembeli dan menciptakan pangsa pasar baru. Bahkan sekarang hampir seluruh orang yang tinggal di desa tersebut banting stir ke pengrajin tas. Coba pikirkan, apa yang akan terjadi apabila tidak ada 1 orang tadi yang mengambil kesempatan, padahal kesempatan itu diberikan secara rata oleh Tuhan kepada semua orang yang ada di situ. Hanya saja mereka terlalu abai.
  2. Ini bukan waktu yang tepat. Ini merupakan salah satu pernyataan yang paling sering muncul, dan tetap selalu membuat saya geleng-geleng kepala. You're not a God, how can you decide it's right time or not. Kita tidak akan pernah tahu hasilnya apabila kita tidak pernah mencobanya. Kalau kita hanya  menunggu serta terus menunggu hingga waktu yang tepat itu datang, maka pertanyaannya kapan ia datang? Atau mungkin lebih tepatnya, kapan kita bisa yakin pikiran kita tidak akan meracuni kita untuk mengubah pandangan kita saat waktu itu datang. Jawabannya tidak ada yang tahu, karena memang manusia tidak punya kemampuan untuk meramalkan hal itu. Pada dasarnya manusia memang diciptakan pada kondisi yang serba tidak ideal, tetapi Tuhan membekali kita dengan kemampuan untuk merubah hal yang tidak ideal tersebut ke arah yang ideal. Kemampuan itu bernama akal. so, if you thought it's not the right time then change it for you.
  3. Kenapa kesempatan itu datang padanya bukan pada saya? Susah memang kalau bertemu dengan manusia jenis ini,yang hanya bisa merutuk nasib dan iri terhadap keberuntungan yang datang pada orang lain. hey, berbicara tentang keberuntungan, benarkah ia hanya beruntung? Ataukah keberuntungan itu datang sebagai hadiah dari Tuhan karena kerja keras, semangatnya, keyakinannya yang tak pernah padam dan kepahamannya tentang berbagi? Berbicara mengenai hal ini akan tidak jauh berbeda dengan poin pertama diatas. Sebenarnya Tuhan telah menawarkan kesempatan itu kepada semua mahlukNya, hanya saja ada kalanya beberapa terlalu abai untuk melihat. Adakalanya juga banyak yang melihat tapi hanya sedikit yang mau berusaha keras untuk menggapainya. Disinilah letak perbedaannya. Life is a competition, the one who strives harder will get better. Suka atau tidak suka, sayangnya itulah aturan yang ada. Jadi jangan hanya puas dengan menyadari adanya kesempatan, tapi berjuanglah untuk meraihnya, mewujudkannya. Try to go an extra mile than other, fighting better then you'll deserve it. Karena Tuhan itu Maha Adil. ^_^
Last but not least, kalau pikiran-pikiran di atas masih suka menghantui kalian maka kalian harus bangun. Tanamkan kesadaran penuh di otak bahwa It's not about chance or right time, it's all about you and your will.
Selengkapnya...

Blogging as a Way of Relaxing

Sebelumnya perlu digaris bawahi kalau I don't say it because I'm a blogger, I'm not an active blogger yet. Jadi,murni cuma sekedar ingin berbagi saja. yah, anggap saja saran kecil dari seorang sahabat yang peduli. Diterima syukur, gak diterima ya gak masalah.

Sebagai manusia yang hidup di lingkungan yang amat heterogen otomatis akan bertemu dengan berjuta(ok, agak lebay) banyak manusia lain di sekitarnya. Saling berinteraksi satu sama lain, bahkan mungkin bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu, atau hanya sekedar lewat begitu saja di kehidupan kita. Karena tiap manusia itu unik (dalam artian berbeda) dan punya kepala dengan isi kepala masing-masing. Maka berkumpul dan berinteraksi dengan mereka pun pastinya akan memberikan pengalaman yang unik pula bagi kita dan sedikit banyak ikut mempengaruhi cara berpikir kita bahkan juga perasaan kita. Terkadang hal ini bisa membuat kita senang tetapi tidak jarang juga malah membuat kita marah atau kesal. Banyak kemungkinan yang terjadi, bisa juga bosan karena terlalu terpaku pada rutinitas sehari-hari.

Ketika kebosanan, kepenatan, kejengkelan dan segala macam perasaan yang tidak enak melanda kita, maka kita cenderung akan mencari pelarian atau bahasa kerennya relaksasi. Karena semua perasaan tidak enak itu semakin dibiarkan hanya akan membuat hati kita berat, pemikiran mandeg, walhasil kita jadi tidak produktif. Tiap orang punya tips dan cara tersendiri untuk relaksasi, termasuk diantaranya adalah blogging. Bagi saya sendiri saat ini(karena saya moody, like i've said before) blogging merupakan salah satu cara yang efektif untuk menghilangkan kepenatan. Karena lewat blog kita bisa menuliskan semua ide-ide kita, pemikiran, perasaan, hal-hal yang sulit untuk kita katakan secara lisan bisa tersalurkan lewat tulisan. Hal ini seperti membuka pipa yang macet di hati kita sehingga membuat perasaan kita menjadi lebih plong alias lega

Pernah dengan satu ungkapan 'apabila punya masalah maka berceritalah'. Memang sih bercerita tidak selalu menyelesaikan masalah, tetapi dengan bercerita kita akan membagi 50% beban kita sehingga hati pun terasa longgar. Paling tidak dengan merasa lebih ringan kita jadi lebih siap untuk menyelesaikan apapun itu masalahnya yang telah membebani hati kita. Ready to War lah pokoknya. Sayangnya, kan tidak semua orang mempunyai the one special to be told. Banyak juga kasus dimana orang kesulitan untuk memulai menceritakan sesuatu secara lisan, entah itu karena masalah trust, maupun karena dasarnya si-dia doesn't have enough bravery to confess.

Nah, bagi beberapa golongan tersebut blogging bisa menjadi salah satu alternatif. Terlebih mengingat perkembangan akhir-akhir ini dimana banyaknya provider yang perang tarif sehingga membuat tarif internet lebih murah(lumayan, hhe). Di sisi lain perkembangan teknologi juga menelurkan banyaknya situs blogging yang tersedia, sebut saja mySpace, blogger, wordpress, multiply. Selain itu juga terdapat situs microblogging seperti twitter yang lumayan meledak beberapa tahun belakangan. Disini pengguna dapat berkicau sesuka hatinya sesuai keinginan tentang hal-hal mendidik hingga (maaf) sampah yang hanya mengotori timeline orang lain(pliss deh..). Tak ketinggalan situs pertemanan seperti facebook pun menawarkan fitur seperti note untuk mewadahi hal tersebut. Memang sih titik beratnya lebih ke writing daripada blogging, tapi yang perlu diingat blogging menawarkan adanya interaksi 2 arah (yang mungkin juga bisa membantu menyelesaikan problematika yang kita tulis di blog)

So, That's all i can suggest. The rest is always up to you. Happy Blogging! ^_^

Selengkapnya...

Moody is Me

Awalnya, agak memalukan memang untuk mengakuinya. Tetapi suka atau tidak itulah saya, seorang anak kecil yang moody kalau tidak mau dibilang labil. Untuk membuat saya nyaman, seorang teman pernah berkata don't worry it's not a disease, it just can create a big disease(baca:problem) if you can't handle it(wew, hard enough right..=)). Ok, sebelum membahas lebih banyak mengenai hal ini terlebih dulu harus kita samakan persepsinya mengenai definisi moody disini. Amat sangat tidak lucu sekali kan kalau terdapat suatu perdebatan yang panjang yang ternyata hanya dipicu oleh adanya perbedaan persepsi alias misunderstanding. Because I have enough endless discussion and It's so tiring.

Moody disini sebenarnya tak lain tak bukan lebih karena inkonsistensi saya dalam melakukan suatu hal. oops, jangan terburu-buru melabeli ya, it doesn't mean I'm someone who can't stand for any beliefs, seseorang yang tidak punya sikap, bukan! I just hard to figure out what really interests me, makanya saya tidak bisa tahan melakukan suatu hal atau pekerjaan secara teratur dan terus menerus. Apakah hal ini sedikit banyak dipengaruhi oleh tipe kepribadian saya yang memang sanguinis(sudah menjadi rahasia umum kalau sanguinis cenderung agak berantakan, atau kalau diperhalus kurang bisa berhubungan dengan detail dan struktur) saya juga tidak tahu, yang saya tahu i've tried to handle it but it seems i haven't found a good way yet. I keep on trying, mencoba membiasakan diri melakukan beberapa hal sampai akhirnya menemukan titik nyaman saya disana. Sayangnya tiap hal mengisi variabel waktu saya dengan berbeda-beda, dalam artian saya bisa tahan dan sangat antusias blogging hanya setelah mencobanya beberapa jam, tetapi dalam jangka waktu seminggu saya sudah bosan dan bahkan tidak meliriknya sama sekali sampai blog saya karatan(sorry dear...). Di sisi lain butuh waktu 1 minggu bagi saya untuk mulai membiasakan membaca (thanks for my friend who insists me doing this) dan sampai 1 bulan berjalan saya masih gila membaca, bahkan mulai gila untuk belanja buku. Tetapi saya juga tidak tahu sampai kapan aktivitas ini bisa menarik minat saya, semoga saja tidak berakhir cepat seperti aktivitas lainnya. It's all based on my mood.

so, that's who i am, the one who still struggle to find her own interest to guide her to a happiness.^_^

Selengkapnya...

Sisi Lain Pengkaderan

Berbicara mengenai pengkaderan biasanya akan langsung membawa pikiran kita ke mahluk-mahluk gundul atau biasa disebut maba alias mahasiswa baru. Di'besarkan' di salah satu kampus teknik di ujung timur pulau jawa membuat saya cukup familiar dengan kata-kata ini, terlebih beberapa tahun selanjutnya saya memutuskan untuk ikut bergabung dan menikmati dinamika yang ada di dalamnya(ceilah, kata-katanya...=)).

Sebenarnya kalau ditelaah lagi, apa sih pengkaderan itu. OK, let's make it easier. Apa sih yang pertama kali ada di bayangan kita apabila disebutkan kata 'pengkaderan'. Pastinya akan ada beragam opini yang muncul, mulai dari yang paling umum yakni perpeloncoan, melatih kekompakan, senior yang sok-sokan, wajib militernya anak kuliahan, buang-buang waktu, dll. Keberagaman itu amat sangat tergantung pada sampling yang kita gunakan, dalam artian siapa saja yang kita tanyai. Sedikit jawaban di atas biasanya akan muncul apabila pertanyaan itu kita lemparkan ke ruang publik, dalam artian masyarakat umum yang belum merasakan sendiri pengkaderan. Wajar sih kalau semua hal itu yang muncul. Berkaca pada realita yang ada di lingkungan kita memang masih banyak yang memberikan anggapan mirin tentang kata ini. Hal ini tidak bisa dihindari memang mengingat minimnya pengetahuan yang diketahui mereka tentang hal ini(tanpa bermaksud memandang rendah) belum lagi kreatifnya media kita untuk menambahkan bumbu-bumbu mengenai hall ini sehingga terkesan bombastis. Ehm, tidak semua media memang, karena masih ada juga media yang bersikap adil dalam menyikapi hal ini(Alhamdulillah yah...sesuatu..hha)

OK, back to the topic. Mari kita mencoba melihat lebih dalam dari sebuah pengkaderan, bahasa kerennya mencari hakekat dari pengkaderan. Ditilik dari segi bahasa pengkaderan itu berasal dari kata dasar kader. Kader biasanya didefinisikan sebagai calon penerus dari suatu organisasi atawa perkumpulan demi adanya regenerasi. Berarti pengkaderan itu ya bisa diartikan sebagai proses pembentukan kader-kader. Dari sini jelas kan kalau output yang diharapkan adalah adanya kader. Pertanyaannya adalah seperti apa kader yang diinginkan atau diharapkan untuk muncul? Hal ini nantinya yang amat berpengaruh dalam proses penentuan jalannya pengkaderan, selain tentunya faktor historis dari badan atawa organisasi atawa perkumpulan yang menjalankannya (pengkaderan.red). Oleh karenanya tidaklah mengherankan apabila eksekusi dari suatu kata, yakni pengkaderan di berbagai tempat tidak sama. Karena memang mereka punya parameter-parameternya masing-masing untuk membentuk kader yang baik menurut mereka.

Kalau kita berbicara mengenai pembentukan kader berarti otomatis akan ada proses belajar di dalamnya. Siapa yang belajar? tentunya calon-calon kader tersebut. Meskipun, kalau boleh dibilang pengkader pun juga akan mengalami proses kaderisasi yang bahkan lebih berat selama mengkader adek-adeknya. Jadi kalau bisa disimpulkan pengkaderan itu intinya adalah proses belajar calon kader untuk menjadi kader yang unggul sesuai harapan pengkadernya. Untuk menggiring para calon kader tersebut mendekati output yang diinginkan maka pengkader seyogyanya telah menyiapakan racikan khusus berupa treatment-treatment yang akan diberikan, setelah melalui penggodokan yang panjang dan melelahkan tentunya(karena harus melewati birokrasi yang sumpah njlimet...hhe). Treatment-treatment ini yang diberikan ke para calon kader. Disinilah biasanya mulai muncul titik-titik konflik (bukan masalah lho ya..ingat, masalah dan konflik itu amat sangat berbeda, meskipun sering berpotensi untuk bertemu). Konflik dimana pihak yang dikader belum bisa memahami maksud para pengkadernya, dalam artian mereka cenderung untuk menerima mentah-mentah treatment yang diberikan tanpa mencoba menyelami sebenarnya apa sih yang diharapkan oleh kakak-kakaknya. Disinilah nantinya yang akan memicu adanya pembelajaran atau proses belajar.

Orang yang bijak seyogyanya dapat menyikapi tiap tantangan dalam hidupnya dan mengambil sisi arif dari apa yang dihadapinya. Sayangnya, apa mau dikata, tidak semua orang disekitar kita termasuk dalam golongan tersebut, atau bisa dibilang banyak orang di sekitar kita yang mematikan sisi ke-bijak-annya. Sampai di titik ini peranan pihak pengkader akan menjadi sangat vital, karena pihak pengkader juga harus mendampingi prosesnya sekaligus memberikan pancingan(bukan dalam arti sebenarnya tentunya) agar adek-adeknya bisa bergerak ke arah yang diharapkan. Sehingga menjadi seorang pengkader merupakan suatu tanggung jawab yang besar tetapi juga manis karena berkesempatan menyaksikan serta mendampingi jalannya proses kelahiran kader-kader unggul di lingkungannya.=)

Kembali berbicara mengenai proses belajar, didalam proses ini sendiri biasanya akan terdapat 2 komponen yakni pengajar dan pelajar. Dalam konteks ini pelajar merupakan para calon kader dan pengajar merupakan pengkader itu sendiri. Di dalam proses belajar ada kalanya pengajar harus medampingi pelajar tetapi dalam pengkaderan ini pelajar akan lebih dituntut untuk menemukan sendiri jawaban atas pertanyaannya dengan sedikit arahan dari pengajarnya. Dari sini bisa terlihat jelas benang merahnya, para calon kader dituntut untuk mempunyai sikap yang proaktif. Kenapa? karena sebagian besar akan mereka lakukan sendiri, jadi bisa dibilang bergerak atau mati(agak mendramatisir ya..=D). Apakah proaktif saja cukup? tentu saja tidak, satu hal lain yang tidak kalah penting adalah ikhlas. Keikhlasan untuk menerima apa yang akan diajarkan kepada mereka, keikhlasan untuk berusaha mencari tau kenapa. Pembelajaran yang baik tidak hanya tergantung pada siapa gurunya(pengajarnya) tapi apakah pelajar memiliki kesediaan untuk menerima apa yang diajarkan. Hal ini menjadi penting dan sangat mendasar, apabila hal ini dilupakan maka bisa dipastikan pengkaderan hanya akan berakhir menjadi ajang rutinitas yang harus dilalui bagi para mahasiswa baru. a Must Do Without Knowing the Real Why.

Maka dari itu adek-adekku tersayang, calon keluarga besarku, mari belajar untuk lebih arif dan melihat lebih jauh tentang ini semua. Percayalah, everything happens for reason. Tidak mungkin suatu acara dibuat, disajikan kepada kalian tanpa perencanaan dan pemikiran yang matang. Seorang kakak tidak akan ada yang berniat buruk kepada adeknya. Meskipun terkadang yang terjadi adalah ketidak mengertian seorang adek akan hal tersebut sehingga memunculkan kebencian dan menjadi boomerang bagi kakaknya. Saat kakak memutuskan akan melakukan hal tersebut, dia telah memiliki pemahaman penuh akan segala konsekuensi yang mungkin dia terima, termasuk mengorbankan kedekatan dengan adeknya. Tetapi hal itu tetap dipilihnya karena dia percaya dia mampu melakukan apa saja untuk kebaikan kalian, adek-adeknya, meskipun harus dibayar dengan harga yang mahal. Percaya? kalian berhak untuk tidak percaya begitu juga dengan berpuluh-puluh atau bahkan beribu lainnya, menganggap ini semua hanya omong kosong pemanis mulut biasa. OK, sebagai renungan coba pikirkan ini sejenak, apabila bukan karena sayang kenapa ada yang mau merelakan waktunya untuk memikirkan cara menyambut kalian. apabila bukan karena sayang kenapa ada yang merelakan tidak tidur hanya untuk mendampingi kalian. apabila bukan karena tidak sayang kenapa ada yang sampai memutuskan hubungan hanya agar memiliki waktu lebih dengan kalian. Kalian yang mungkin bahkan tidak pernah sadar begitu besar kalian disayangi dan diperhatikan, hingga tiap detil harus dipikirkan begitu matang. Cmon dude, I'm sure you're mature enough to understand. =)

Selengkapnya...

Every Big Journey Start from a Simply Thing Called First Step

Ever heard piece of talk like that? yup, you're right. Kalimat diatas adalah kalimat yang sering bahkan sampai bosan kita jumpai di kehidupan kita sehari-hari. Banyak buku motivasi pasti tidak lupa untuk menyelipkan kalimat tersebut, dalam berbagai versi lainnya mungkin, untuk memompa lagi semangat kita pastinya.

Yah, sebagai manusia memang hidup kita pasti dinamis, tidak mungkin statis. Karena memang kita adalah manusia yang notabene punya perasaan, hidup dan berkembang dengan lingkungannya, bukan robot yang hanya sakleg pada apa yang telah diprogramkan untuknya. Jadi otomatis pemikiran dan perasaan kita sedikit banyak pasti terpengaruh oleh beberapa variabel lain di luar kita. Hal ini juga yang akhirnya memberikan efek pada produk yang kita hasilkan, bahasa kerennya apa-apa saja yang kita lakukan.Termasuk mempengaruhi salah satu masalah laten kita, yakni ketakutan akan suatu hal yang sebenarnya tidak perlu kita takuti. OK, let's say kita ketakutan akan suatu hal yang sebenarnya belum tentu ada, bahkan mungkin sebenarnya itu cuma ilusi kita aja.

Biasanya ketakutan ini muncul saat kita ingin melakukan sesuatu yang baru, break the routine. Ketika pikiran kita sudah terlalu sesak akan ide-ide karena bosan dengan yang itu-itu saja. Tetapi hal yang sering terjadi ide kita turut menyeret hal lain, yakni ketakutan. Semakin besar ide biasanya cenderung diikuti semakin besarnya rasa takut. Saking takutnya kita, akhirnya we ended up doing nothing. Kenapa? karena kita terlalu takut, takut gagal, takut di cemooh, takut tersakiti. Tetapi, anehnya dibalik ketakutan-ketakutan itu kita menyimpan hasrat yang besar untuk berhasil, untuk sukses, untuk diakui. Hasrat yang biasa kita sebut sebagai mimpi. Sayang sekali bukan, bila mimpi-mimpi besar yang susah payah kita ciptakan di dunia pikiran kita hanya berakhir sebagai mimpi saja? So, what must we do? wake up now and start those thing. It won't ever be true till you have a gut to start on it.

Bukankah setiap hal besar berasal dari hal kecil diawalnya. Bayangkan bila om thomas alva tidak pernah memulai untuk mencoba membuat barang yang berpijar, sekarang kita kenal dengan lampu, pasti kita masih harus berkutat dengan lilin dan lampu teplok tiap harinya(pliss deh..--"). Don't ever be bothered with the result, it doesn't matter. The one that matters is What to do to start it. Karena ketika langkah awal itu tidak pernah ada, jangan harap akan ada akhir yang manis untuk kita. Kecuali kita cukup puas dengan kemanisan semu yang ditawarkan dunia khayalan kita. Pertanyaannya apakah kita cukup puas untuk hidup hanya di khayalan kita saja? I hope not..^_^

Selengkapnya...